[LENGKAP] Mengenal, Mencegah, Menyembuhkan, Memerangi dan Mengobati Penyakit Degeneratif
Mengetahui Pengobatan Mulai dari Mengenal Apa itu Penyakit Degeneratif Sampai Cara Mengobatinya dengan Berbagai Metode
Anda pengidap penyakit kanker? Penyakit degeneratif lainnya? Putus asa dengan diri Anda? Baca ini, mungkin Anda dapat menemukan peruntungan Anda dalam membuang hal negatif yang membuat Anda terpuruk dan semogga dengan membaca ini Anda dapat melewati masa-masa itu yang kemudian dapat membawa Anda merasa lebih sehat, bahagia serta mampuPENYAKIT DEGENERATIF
Penyakit metabolik atau disebut juga penyakit degeneratif, akhir-akhir ini berkembang sangat pesat.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa munculnya penyakit degeneratif memiliki korelasi dengan bertambahnya usia seseorang atau sebagian ilmuwan menyebutnya sebagai faktor keturunan. Namun demikian faktor makanan yang dikonsumsi setiap hari juga mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap munculnya penyakit degeneratif.
Makanan yang hampir tidak mengandung vitamin dan mineral serta kandungan seratnya minimal akan menunjang mempercepat berkembangnya penyakit degeneratif.
Di Indonesia, penyakit degeneratif sendiri banyak terjadi di kalangan masyarakat perkotaan, hal ini kemungkinan dikarenakan gaya hidup masyarakat perkotaan yang mengkonsumsi makanan serba instant (makanan cepat saji) yang minim nutrisi.
Mengenal Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan. Degeneratif artinya proses berkurangnya fungsi sel saraf secara bertahap sehingga sel saraf yang sebelumnya berfungsi normal menjadi tidak normal bahkan bisa sama sekali tidak berfungsi, akibatnya penurunan daya tahan sel saraf dan mengakibatkan kematian sel.
Penyakit degeneratif banyak sekali jenisnya setidaknya ada 50+ jenis penyakit yang termasuk dalam penyakit degeneratif, namun yang sering kita jumpai adalah kesalahan jantung, diabetes, dan stroke yang merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang-orang dewasa.
Bagaikan triangle of death versi healthy Ketiga jenis penyakit tersebut adalah segitiga kematian yang seringkali dipacu dengan adanya pola hidup yang kurang sehat.
Penyebab umum timbulnya penyakit degeneratif adalah faktor usia, sehingga penyakit ini tidak bisa disembuhkan atau setidaknya yang kita tahu teknologi belum secanggih itu untuk dapat menyembuhkannya.
Berdasarkan data kesehatan dunia Kanker (Neoplasma diseases) (merupakan sumber penyakit yang paling besar (40%) penyebab kematian manusia.
Yang nomor dua adalah penyakit yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah yaitu sebesar 39%, Sedangkan hati (sirosis) dan gula (diabetes) hanya masing-masing menyumbang dibawah 2%.
Jadi penyakit kanker yang disebabkan oleh asap rokok merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian.
Mencegah dan Melawan Penyakit Degeneratif
Dalam mencegah atau menunda munculnya penyakit degeratif, diperlukan pola makan dan pola hidup yang sehat serta mengkonsumsi makanan yang sehat pula. Menurut Stamet (2005) dari 140.000 spesies jamur-jamur yang ada, baru 10 % nya tersentuh oleh para ilmuan. Sekitar 100 spesies jamur sedang diteliti untuk manfaat kesehatan manusia. Dari seratus spesies yang diteliti, sekitar setengah lusin yang benar-benar menonjol mempunyai kemampuan untuk memberikan dorongan luar biasa bagi sistem kekebalan tubuh manusia.
Bagaimanapun juga penyakit degeneratif ini sudah menjangkit manusia sejak lama, jadi berbagai upaya penyembuhan selalu dilakukan. Ratusan, ribuan, jutaan kali percobaan diseluruh dunia dilakukan demi mencari alternatif penyelesaian penyakit degeneratif.
Namun tetap belum mencapai titik tetang. Biarpun begitu banyak siasat yang dianjurkan para dokter dan dapat dilakukan untuk dapat mengendalikan penyakit ini salah satu caranya adalah
- Menjaga kesehatan tubuh dengan gaya hidup sehat.
- Berusaha selalu beraktifitas fisik, istirahat yang cukup serta makan makanan bergizi seimbang
- Hindari merokok baik perokok aktif maupun perokok pasif.
- Pengendalian lingkungan harus dilakukan pula secara terpadu, yaitu dengan memperhatikan sumber zat yang dikonsumsi baik air, makanan maupun udara sekitarnya.
- Melakukan kegiatan yang tidak memicu tekanan darah (stress) karena menurut para ahli stress juga dapat menimbulkan penyakit degeneratif.
- Bahagialah, mungkin tidak terlalu membantu tapi merasa bahagia salah satu hal positif dan patut diterapkan karena mampu menangkal hal-hal negatif termasuk penyakit degeneratif.
- Banyak beribadah, ibadah menurut saya adalah salah satu proses bersyukur dan bersyukur terbukti dapat membuat seseorang lebih bahagia yang kemudian dapat juga menjauhi penyakit degeneratif secara tidak langsung.
Tentu ada beberapa dari kalian mungkin sudah melakukan berbagai hal diatas, namun mendapat kesialan dan tetap terjangkit. Jangan cemas masih tersedia option dalam menanganinya. Salah satu yang paling banyak dianjurkan adalah dengan melakukan Kemoterapi,
Melawan Penyakit Degeneratif dengan Kemoterapi
Bagaimana cara kerja kemoterapi?
Kemoterapi bekerja dengan menargetkan sel-sel yang tumbuh dan membelah dengan kecepatan yang abnormal, termasuk sel kanker.
Tidak seperti operasi atau terapi radiasi, kemoterapi tidak menargetkan pada suatu area secara spesifik, sehingga dapat berefek pada seluruh tubuh. Karena itulah hasilnya juga akan efektif pada sel kanker yang telah menyebar (bermetastasis) pada bagian tubuh lain.
Sayangnya, kemoterapi adalah perawatan yang juga akan memengaruhi sel-sel tubuh yang sehat secara cepat seperti sel kulit, rambut, usus, dan sel sumsum.
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan tujuan yang berbeda-beda
Hasil dan tujuan kemoterapi akan berbeda-beda, tergantung pada jenis kanker dan stadiumnya. Berikut adalah tiga tujuan utama pengobatan kanker dengan kemoterapi.
1. Penyembuh kanker
Pada beberapa kasus, kemoterapi benar-benar dapat menghancurkan dan menghilangkan sel kanker dari tubuh. Hasil terbaiknya, sel kanker tidak akan kembali lagi. Namun, tidak semua kasus selalu seperti itu. Lagi-lagi ini kembali lagi pada seberapa parah kankernya dan di mana lokasinya.
2. Mencegah dan mengendalikan penyebaran kanker
Jika kanker sulit atau bahkan tidak bisa disembuhkan, kemoterapi dilakukan untuk mengontrol sel kanker agar tidak berkembang dan menyebar menjadi semakin ganas. Hal ini akan memberikan pasien angka harapan hidup yang lebih besar. Selain itu, terdapat beberapa kasus dimana kemoterapi tidak langsung berhasil dilakukan dalam sekali percobaan.
3. Meringankan gejala-gejala kanker
Ketika sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain dan berkembang ke stadium lanjut, kemoterapi dapat dilakukan untuk meringankan gejala-gejala kanker seperti rasa sakit, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawatan ini disebut kemoterapi paliatif.
Efek samping kemoterapi
Kemoterapi adalah prosedur yang aman. Akan tetapi, seperti tindakan medis lainnya, kemoterapi dapat memberikan efek samping. Efek samping yang muncul berbeda-beda. Mulai dari ringan hingga berat, tergantung dari jenis dan tingkat perawatan serta faktor individual setiap pasien.
Beberapa efek samping yang mungkin timbul, yaitu:
- Mual dan muntah
- Alopecia (rambut rontok)
- Kelelahan parah dan badan lemas
- Masalah pendengaran
- Jumlah sel darah putih rendah sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi
- Jumlah trombosit rendah dan terjadinya perdarahan
- Rendahnya jumlah sel darah merah dan anemia
- Mucositis
- Kehilangan nafsu makan
- Masalah kehamilan dan kesuburan
- Masalah usus
- Masalah kognitif dan kesehatan mental
- Hello Health Group tidak menyediakan saran, diagnosis, maupun perawatan medis.
Masih belum puas? Pilihan berikut dapat meningkatkan presentase penyembuhan Anda.
Memerangi Penyakit Kanker dengan Jamur Kancing
Kandungan protein, karbohidarat, serat dan berbagai vitamin dan mineral dalam jamur kancing (Agaricus bisporus) terbukti dapat membantu penyembuhan sel-sel saraf mati. Berikut nutrisi yang terkandung dalam jamur kancing:
Nilai nutrisi per 100 gram jamur kancing
- Karbohidrat 3,26 g
- Folate (Vit B9) 17 ug
- Sugars 1,98 g
- Vitamin B12 0,04 ug
- Dietary fiber 1 g
- Vitamin C 2,1 mg
- Fat 0,34 g
- Vitamin D 0,2 ug
- Protein 3,0 g
- Iron 0,5 mg
- Air 92,45
- Magnesium 9 mg
- Thiamin (vit. B1) 0,08 mg
- Phosfor 86 mg
- Riboflavin (Vit. B2) 0,402 mg Potasium 318 mg
- Niacin 3,607 mg
- Sodium 3 mg
- Vitamin B6 0,104 mg
- Zinc 0,52
Sumber: Valverde et al. (2015); Carneiro et al. (2013); Kalac (2013); Phan et al. (2012); Reis et al. (2012); Dhamodharan dan Mirunalini (2010); Jansson dan Kuttin (2004); Mattila et. al. (2001, 2002).
MANFAAT JAMUR KANCING UNTUK KOLESTEROL DAN DIABETES
Menurut Jeong et al. (2010), bahwa Agaricus bisporus (jamur kancing putih atau JKP) mengandung kadar serat makanan tinggi dan antioksidan termasuk vitamin C , D , dan B12 , folat , dan polifenol yang dapat memberikan efek manfaat pada pasien penyakit jantung dan diabetes.
Hasil pengamatan menyatakan bahwa penurunan total kolesterol, LDL (low-density lipoprotein), dan konsentrasi total trigliserida dan peningkatan yang signifikan konsentrasi HDL (high-density lipoprotein plasma) juga telah diamati.
Disimpulkan bahwa jamur A bisporus (jamur kancing) memiliki aktivitas baik hipoglikemik maupun hipolipidemik pada tikus. Yamac et al, pada 2010 telah mengadakan penelitian dengan menggunakan ektrak air panas jamur kancing pada tikus Sprague Dawley diabetes yang disebabkan oleh streptozotocin.
Dosis ekstrak jamur kancing yang diberikan dalah 0, 100, 200, 400 mg/ kg berat setiap hari selama 7 hari sesudah serangan diabet. Dari hasil percobaannya diperoleh bahwa kadar glukosa serum menurun secara signifikan (29,68%) setelah pemberian oral ekstrak A. bisporus pada dosis 400 mg/kg bb per hari. Selain itu , tingkat insulin serum meningkat menjadi 78,50 % pada dosis ekstrak 400 mg/kg bb per hari pada tikus diabetes yg diinduksi streptozotocin.
Mereka menyimpulkan bahwa aplikasi oral dosis tinggi ekstrak A. bisporus dapat mengakibatkan penurunan tingkat keparahan tikus diabetes yang diinduksi streptozotoci
MANFAAT JAMUR KANCING DALAM MEMERANGI PENYAKIT KANKER
Diperkirakan 14,1 juta orang menderita kanker pada 2012 , dan ada sebanyak 1,7 juta perempuan yang terkena kanker payudara. Forman and Moller (1994) menambahkan, jumlah kematian akibat kanker payudara juga merupakan penyebab utama kematian di negara-negara berkembang dikarenakan oleh adanya pergeseran gaya hidup.
Menurut Liu et al. (1993) dan Wang et al. (1995) bahwa polisakarida peptide pada pada jamur mempunyai aktivitas immunomodulator dan antitumor yang merupakan mekanisme yang paling penting dalam kemampuannya mencegah dan melawan kanker.
Ulasan tentang efek jamur kancing pada kanker payudara telah dipublikasi oleh Novaes et al. (2011). Mereka membuat ringkasan dari hasil penelitian dari studi laboratorium , secara in vitro dan in vivo. Menurut Chen et al. (2006) bahwa jamur kancing putih memiliki potensi sebagai pencegahan dalam strategi kemoterapi untuk kanker payudara, dimana jamur kancing putih ini dapat menekan aktivitas aromatase dan biosintesis estrogen.
Lebih lanjut disebutkan bahwa suatu kelompok phytokimia yang dinamakan procyanidin beta-dimer yang merupakan bagian dari keluarga polyfenol mempunyai potensi untuk mencegah terbentuknya aromatse. Mereka mengevaluasi aktivitas dari ekstrak jamur ini pada reseptor- positif estrogen/aromatase- positif MCF-7aro cell-line secara in vitro dan in vivo.
Ekstrak jamur ini mengurangi proses proliferasi testosteron-induced cell di sel MCF-7aro, tetapi tidak memiliki efek pada MCF-10A yang bukan merupakan sel tumor. Sebagian besar zat kimia jamur yang potensial itu larut dalam etil asetat.
Senyawa aktif utama yang ditemukan dalam fraksi etil asetat yang merupakan asam lemak tidak jenuh, seperti asam linoleic, asam linolenic, dan konjugasi asam linoleic. Interaksi dari asam linoleic
dan konjugasi asam linoleic dengan mutasi aromatase terekspresikan dalam sel telur hamster China yang menunjukkan bahwa asam lemak menghambat aromtase dengan potensi yang hampir sama sehingga mengakibatkan mutasi pada sisi aktif berinteraksi dengan kedua asam lemak tersebut.
Yang mana hasil ini mengindikasikan bahwa dua senyawa ini mengikat sisi aktif dari aromatase, penghambatan analisa kinetik mengindikasikan bahwa mereka merupakan penghambat yang non-competitive dengan androstenedione. Di karenakan hanya asam linoleic konjugasi ditemukan untuk menghambat proliferation sel testosteronedependent dari MCF-7aro, secara fisiologi relevansinya penghambat aromatase pada jamur yang umumnya merupakan konjugasi asam linoleic dan turunannya.
Secara in vivo aktivitas zat aktif jamur ditunjukkan dengan digunakannya tikus-tikus yang telah
disuntikan dengan sel MCF-7aro. Penilitian ini menunjukan bahwa ekstrak jamur dapat menurunkan baik proliferasi sel tumor maupun berat tumor tanpa memberikan suatu efek pada kecepatan apoptosis.
Dalam penelitian Zhang,et al. (2009) disimpulkan bahwa asupan makanan tinggi jamur menurunkan resiko kanker payudara pada wanita Cina pre- dan pasca-menopause dan telah diamati adanya tambahan penurunan resiko payuda dari efek gabungan dari jamur dan teh hijau.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk meneliti efek dari diet jamur dan mekanisme efek bersama phytochemical kandungan zat aktif A.bisporus pada kanker
payudara.
Martin dan Brophy (2009) menyatakan bahwa ekstrak air panas jamur kancing dapat mengakibatkan apoptosis sel payudara. Pemberian makan yang mengandung 0, 2, atau 10%
(berat/berat badan) bubuk jamur kancing selama 10 minggu pada tikus C57BL/6 pada diet dan diperiksa indeks kekebalan bawaan dan hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi jamur kancing bisa meningkatkan kekebalan bawaan terhadap tumor dan virus melalui peningkatan aktivitas “natural killer”. Efek ini mungkin dimediasi melalui peningkatan IFN-gamma dan produksi TNF-alpha (tumor necrosis faktor-alpha (TNF-alpha) (Wu et al. 2007).
Menurut Grube et al. (2001) bahwa diet tinggi jamur kancing dapat memodulasi aktivitas aromatase dan fungsinya dalam “chemoprevention” pada wanita post-menopause melalui penurunan produksi estrogen in-situ.
Penelitian Luk et al. (2011), manyatakan bahwa akhir-akhir ini ada indikasi bahwa kandungan kimiawi dari jamur (mushrooms) sebagai target populasi stem sel yang mirip kanker prostat. Pada hasil penelitian Adam et al. (2008),
menunjukkan bahwa ekstrak jamur kancing putih
memberikan efek pada conjugated linoleic acid (CLA) pada sel line kanker prostat in-vitro dan in-vivo. Dalam semua sel yang diuji, menunjukkan bahwa ekstrak jamur
kancing menghambat proliferasi sel dan menyebabkan apoptosis dalam waktu pengobatan selama 72 jam. Secara in-vitro CLA menghambat proliferasi sel line kanker prostat. Menurut Adam et al., (2008), jamur kancing (white button mushrom) mempunyai kemampuan menekan proliferasi sel kanker prostat. Ekstrak jamur kancing
menghambat 5 α-reductase dan menekan pertumbuhan tumor kanker prostat. Secara biokimia kekambuhan kanker prostat biasa ditunjukkan dari kekambuhannya setelah terapi lokal yang pertama.
Hasil dianalisa sementara dapat disimpulkan bahwa terapi dengan jamur kancing dapat ditoleransi. Data mereka menyebutkan bahwa makan jamur kancing memungkinkan penundaan perkembangan secara biokimia kambuhnya kanker prostat pada beberapa pasien. Berdasarkan hasil tersebut diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk klarifikasi dalam mekanismenya. Sementara itu, hasil penelitian Adams et al. (2008), menunjukkan bahwa 20% methanol-fraksi air dari jamur kancing putih telah menghambat pertumbuhan sel kanker prostat.
Menurut Dhamodharam dan Mirunalini (2012) bahwa dosis optimal yang baik untuk diberikan guna menurunkan secara efektif stress pada karsinogenesis tumor mamay adalah 200mg/kg berat badan (bb) untuk tikus jenis AB dan 30 mg/kg untuk tikus jenis DMBA.
KESIMPULAN DAN SARAN
Jamur kancing mempunyai potensi dalam membantu, mencegah dan menunda perkembangan penyakit kanker payudara, kanker prostat dan penyakit degeneratif (diabetes, kolesterol).
Pengobatan penyakit dicapai dengan konsumsi formulasi khusus dari bahan kimia aktif jamur.
Perlu adanya penelitian yang mendalam lagi untuk uji klinis pada manusia untuk meyakinkan bahwa jamur kancing memang bermanfaat untuk kesehatan manusia
Sumber refrensi
hallosehat.comAdams LS, Phung S, Wu X, Ki L, Chen S. 2008. White button mushroom
(Agaricus bisporus) exhibits antiproliferative and proapoptotic
properties and inhibits prostate tumor growth in athymic mice. Nutr
Cancer 60 (6): 744-756.
Carneiro AAJ, Ferreira ICFR, Due˜nas M et al. 2013. Chemical
composition and antioxidant activity of dried powder formulations of
Agaricus blazei and Lentinus edodes,” Food Chem 138 (4): 2168-
2173.
.Chen S, Oh S, Phung S, Hur G, Ye JJ, Kwok SL et al. 2006.
Antiaromatase activity of phytochemicals in white button mushrooms
Agaricus bisporus. Cancer Res. 2006; 66 (24): 12026-12034.
Dhamodharan G, Mirunalini S. 2010. A Novel Medicinal Characterization
of Agaricus bisporus (White Button Mushroom). Pharmacologyonline
2: 456-463.
Doll R. 1995. Chronic and degenerative disease: major causes of
morbidity and death. Am J Clin Nutr 62 (Suppl 6): 1301S-1305S.
Forman D, Moller H. 1994. Testicular cancer. In: Doll R, Fraumeni JR.
Muir CS, eds. Trends in cancer incidence and mortality. Cold Spring
Harbor Laboratory, Plainview, NY, USA.
Grube BJ, Eng ET, Kao YC, Kwon A, Chen S. 2001. White button
mushroom phytochemicals inhibit aromatase activity and breast
cancer cell proliferation. J Nutr 131 (12): 3288-3293.
Jansson, LM, Kutti L. 2004. Micronutrients in edible mushroo. Human
Nutr 5: 1-8.
Jeong SC, Jeong YT, Yang BK, Islam R, Koyyalamudia SR, Panga G,
Choa KY, Song CH. 2010. White button mushroom (Agaricus
bisporus) lowers blood glucose and cholesterol levels in diabetic and
hypercholesterolemic rats. Nutr Res 30: 49-56
.Kalac P. 2013. A review of chemical composition and nutritional value of
wild-growing and cultivated mushrooms. J Sci Food Agric 93 (2):
209-218.
Liu Z, Szabo LJ, Bushnell WR. 1993) Molecular cloning and analysis of
abundant and stage-specific mRNAs from Puccinia graminis. Mol
Plant Microb Interact 6: 84-91
Luk SU, Lee TK, Liu J, Lee DT, Chiu YT. 2011. Chemopreventive effect
of PSP through targeting of prostate cancer stem cell-like population.
PLoS One 6 (5): e19804. doi: 10.1371/journal.pone.0019804.
Martin KR, Brophy S. 2009. Dietary mushrooms reduce mitogenesis and
induce apoptosis and cytotoxicity in MCF-7 human breast cancer.
FASEB J 23: 353.1.
Mattila P, Salo-Vaananen P, Konko K, Aro H, Jalava T. 2002. Basic
composition and amino acid contents of mushrooms cultivated in
Finland. J Agric Food Chem 50: 6419-6422.
Mattila P, Konko K, Eurola M, Pihlava JM, Astola J, L Vahteristo,
Hietaniemi V, Kumpulainen J, Valtonen M Piironen V. 2001.
Contents of vitamins, mineral elements, and some phenolic
compounds in cultivated mushrooms. J Agric Food Chem 49: 2343-
2348.